Sabar dan Saling Menyabarkan

Buat saya, mendatangi ta'lim, terutama ta'lim Ustadzah Halimah Alaydrus, adalah obat hati yang paling mujarab. Pada tausyiah-tausyiah beliau lah saya menemukan kekuatan, ketabahan, dan kesabaran yang menuntun saya melewati badai yang kerap menerpa hidup saya. Maka, jangan heran jika tiba-tiba air mata saya mengalir deras saat mendengarkan tausyiah beliau. Karena, kadang saya GR, merasa ucapan beliau seakan ditujukan khusus kepada saya, sengaja disampaikan untuk menenangkan hati saya. (Tuh, GR banget, kan?)

Sejak mengenal beliau ketika beliau pindah ke Tebet dekat rumah Jiddah yang saat itu saya tinggali dan mengadakan ta'lim sebulan sekali, saya berusaha hadir sambil mengajak anak saya. Alhamdulillah, Allah memperkenalkan saya kepada beliau. Sungguh, tanpa beliau, entah sedang berada di mana saya di antara belantara dunia yang semakin mencemaskan ini.

Pun ketika hati saya teramat galau belum lama ini karena berjauhan dengan sang buah hati yang sedang menuntut ilmu di pesantren, saya bertekad menemui beliau pada ta'lim pertama beliau di seputaran Tebet pasca Idul Fitri, demi mencari ketenangan hati saya ini. Alhamdulillah, lagi-lagi saya merasa seakan tausyiah itu khusus disampaikan kepada saya. Untaian kata-kata yang terucap dari bibir beliau sejak awal sampai akhir sangat menyentuh hati dan meredakan riuh rendah pikiran saya.

Terlebih saya sempat mendapat air doa dari beliau. Sungguh Allah Maha Baik mengizinkan semua itu terjadi.

Pada ta'lim hari itu, salah satu dari pembahasan tausyiah beliau adalah ayat ke-200 dari Surat Al-Imron yang bunyinya adalah sebagai berikut:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Tafsir dari Ustadzah:
Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan (saling) menyabarkan, dan saling bersatulah hati kalian, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Jadi, pada ayat ini, menurut Ustadzah, ada empat hal yang ditekankan, yaitu: 1. Sabar; 2. (Saling) menyabarkan (dan bukan saling mengompori), 3. Mempersatukan hati sesama muslim; dan 4. Bertakwa kepada Allah.

Ustadzah menjelaskan, dengan menjalankan keempat hal tersebut, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung di dunia, lalu kelak di akhirat. Aamiin Ya Robbal 'Alamin.


Khusus saat meresapi penjabaran Ustadzah akan poin kedua, saling menyabarkan, saya teringat akan kawan dan kerabat saya yang anak-anaknya juga mondok, serta mereka yang memahami rasa rindu saya akan anak saya yang kini jauh di mata.

Masya Allah, betapa satu sama lain kami saling menyabarkan dan menyemangati. Beberapa adalah orang-orang yang sudah saya kenal di dunia nyata. Sementara yang lain adalah kenalan di dunia maya (tepatnya di facebook). Bertemu pun belum pernah karena sebagian tinggal di berbagai kota lain di Indonesia, namun kami saling mengingatkan dan menguatkan karena tujuan kami sama, ingin anak-anak menuntut ilmu agama dan berada dalam lingkungan yang mendukung.

Sebagaimana sabda Rasulallah SAW:

“Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi.”
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat. (H.R. Ibnu Majah №224)

(Intermezzo: Tiga malam silam saya sudah menuliskan beberapa paragraf lagi setelah hadits di atas ini. Sudah final gitu, sudah saya masukkan gambar, sudah di-published bahkan. Tapi keesokan paginya saya salah langkah sehingga yang tersimpan hanya sampai sini. Betapa  menyampaikan ayat tentang kesabaran yang insya Allah bisa mengingatkan orang untuk bersabar tidak semudah itu. Saya pun masih disuruh berlatih dan belajar bersabar oleh Allah dengan kehilangan sisa postingan ini. Subhanallah. Semoga kehilangan ini menjadi  penolak bala dan jalan bagi saya untuk lebih bersabar. Aamiin. Tapi kelanjutan postingan saya ini apa ya? Karena kok saya agak lupa malam itu saya membahas apa lagi setelah hadits di atas. Hihi. Saya endapkan dulu saja deh, semoga nanti ada yang muncul. Bismillah. -- Three days later -- Nah, Alhamdulillah sudah ada yang teringat.)

Dan ya, begitulah, kami saling berbagi cerita melalui status facebook maupun komen. Alhamdulillah, dari komen-komen tersebut tak ada yang negatif. Semua saling menyabarkan, kadang mellow bersama, tapi kemudian kembali saling menguatkan lagi. Dan Alhamdulillah tak ada yang mengompori dengan misalnya bilang, "Udah bawa pulang aja anaknya kalau kamu mellow," atau menyabarkan tapi dengan kalimat seperti ini, "Baper banget sih nih emak-emak, sans aja keleus!" Atau, "Ih, lebay deh, mellow-nya, B aja deh!" Hihi...

Tapi saya merasa diri ini memang agak lumayan lebay sih. Dan saya akui, saya itu orangnya baperan. Namun sepertinya, semua bisa memaklumi.

Eh ya, tapi ada lho, yang sempat menawarkan untuk membawa pulang saja anak saya dari pondok. Tahu enggak, siapa? Abinya anak-anak. Tentu langsung saya jawab, "Enggak!" Dan ia pun terkekeh. Dasar jahil! Dia tahu betul, untuk menguatkan istrinya, yang walau baperan namun mudah tertantang ini, dia harus pakai jurus kebalikan. Dan, dia berhasil. Ditawari begitu, saya semakin bertekad untuk tidak membawa pulang anak saya (karena memang insya Allah tak ada niatan dari saya untuk membawa pulang, sih) dan semakin berusaha menguatkan diri, menyabarkan diri, agar anak saya dapat fokus thollabul 'ilmi, menuntut ilmu.

Nah, Alhamdulillah, insya Allah hari Jum'at pertama di bulan Agustus nanti, saya sudah dapat menjenguk anak saya. Berbekal pemahaman dari ayat ke-200 surat Al-Imron, semoga saya dapat mengajak anak saya untuk saling menyabarkan hati kami satu sama lain, agar saling bersatu dalam lantunan doa dan selalu bertakwa kepada Sang Empunya Kehidupan, agar kami dapat istiqomah dalam menapaki perjalanan ini. Aamiin Ya Robbal 'Alamin.

My Princess, wait for me!

Comments

Popular Posts