Bagaimanakah Taklim Ustadzah Halimah Alaydrus Menyentuh Hati Saya?

Bertahun-tahun silam, saya pernah berada pada sebuah keadaan yang membuat saya sangat terpuruk. Bahkan hingga saya merasa Allah tidak sayang kepada saya (Astaghfirullahal'adzim. Naudzubillah min dzalik). Saya marah, saya kecewa. Saya bahkan berhenti berdoa memohon solusi atas masalah saya karena saya pikir, percuma, toh sudah bertahun-tahun Allah tak menjawab doa saya. Mungkin ini memang sudah takdir saya.

Lucunya, seakan tahu masalah saya, saat saya sedang sumpek-sumpeknya, pada salah satu taklim Ustadzah Halimah yang saya hadiri, beliau menceritakan kisah hikmah tentang seseorang yang masalahnya agak serupa dengan saya—hanya saja, masalah orang itu sebenarnya jauh lebih parah dari yang saya alami. Namun dikisahkan, suatu ketika, Allah mengijabah doa orang tersebut. Masalahnya pun terselesaikan dan ia hidup bahagia.

Saat itu, bukannya terinspirasi, saya justru semakin yakin, Allah tidak sayang kepada saya (Astaghfirullahal'adzim. Naudzubillah min dzalik). Orang itu diijabah doanya, saya tidak. Walaupun, bodohnya saya, semestinya saya malu dan tidak boleh membandingkan diri dengan orang itu. Orang itu memohon lebih sering dan beribadah lebih banyak daripada saya. Pantas dan wajar lah doanya diijabah.

Hingga suatu ketika, saya memutuskan untuk berikhtiar memohon lewat orang-orang alim. Saya pikir, jika saya yang memohon tak jua kunjung dikabulkan, mungkin melalui doa orang-orang alim tersebut, para kekasih-Nya, Allah mengijabah doa saya. Dengan bantuan adik saya yang bungsu, yang memang sering menyambangi para alim ulama, saya minta air yang dibacakan doa untuk diminumkan.

Hasilnya, Alhamdulillah, bisa dibilang 40% masalah saya terkikis. Yaitu, masalah yang paling utama, sisi yang paling bikin saya sumpek setengah mati selama bertahun-tahun lamanya. Lalu, bagaimana dengan 60% sisanya?

Nah, di sini lah saya semakin melihat sisi humor Allah yang begitu menakjubkan.

Tak berapa lama setelah air dari para alim ulama membantu saya, pada taklim Ustadzah Halimah Alaydrus lainnya, saya kembali mendengar kisah yang sama. Dalam hati saya membatin, wah, kisah yang ini lagi.

Namun, masya Allah, kali itu, hati saya tergetar, saya merasa sangat tersentuh, seakan baru pertama kali saya mendengar kisah tersebut.

Selepas dari taklim, saya merenungi dan merunut-runut lagi perjalanan hidup saya. Dan di sana saya menyadari, sesungguhnya Allah telah mengijabah inti dari doa dan permohonan saya, hanya saja sebelumnya saya tak menginsafinya.
  • Yang pertama adalah doa saya agar saya bisa berubah, menjadi lebih kuat dan lebih sabar, sehingga saya dapat melalui masalah saya dengan (mencoba) ikhlas—jujur saya masih mencoba dan berusaha, karena ikhlas sejatinya tidak semudah ucapan di bibir.
  • Yang kedua adalah doa saya akan kelapangan dari masalah saya, yang sebenarnya sudah hadir justru melalui diri saya sendiri, bukan dari orang lain yang saya harap-harapkan. Allahuakbar. Betapa Allah menunjukkan agar saya tidak berharap kepada manusia, melainkan hanya berharap kepada-Nya.
Saya terenyak, betapa untuk sadar, saya butuh tak hanya sekali mendengarkan, namun dua kali.

Saat itu, saya merasa, dari sisa 60% masalah saya, yang kemudian tertinggal hanya 10%-nya saja. Sesekali riak masih ada, tapi insya Allah dapat saya halau dengan berbagai ikhtiar dan doa. Mungkin sengaja Ia sisakan sedikit agar saya terus bisa belajar untuk tegar dan bersabar. Wallahu'alam.

Oh ya, seru dan lucunya lagi, saya kembali mendengar kisah yang sama, sekali lagi. Dan, Alhamdulillah, pada kali yang ketiga inilah, saya sudah dapat bersyukur dalam hati atas limpahan kasih sayang-Nya, atas jawaban dari doa-doa saya yang Ia berikan dengan cara-Nya, yang menyimpan banyak hikmah dalam hidup saya.

So? Bagaimanakah Taklim Ustadzah Halimah Alaydrus menyentuh hati saya?

Alhamdulillah, Allah Yang Maha Baik sudi membukakan hati ini. Allah singkap noda-noda yang telah mengerak di hati saya, yang disebabkan oleh dosa saya yang berlimpah, sehingga masih ada pori-pori kecil di antaranya yang dapat menyerap tausyiah Beliau, yang kemudian mampu menyentuh relung hati saya yang terdalam.

Sehingga, sungguh, dalam hidup saya, saya merasa, Ustadzah Halimah telah menjadi perpanjangan tangan Allah untuk mengangkat saya dari keterpurukan. Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali. Tak hanya dengan kisah yang berbeda, tapi dengan kisah yang sama yang bisa jadi berulang kali saya dengar dari Beliau, yang ajaibnya, tiap kali mendengar, nuansa yang saya rasakan tak melulu sama. Seakan membawa pesan dan hikmah tersendiri yang sesuai dengan keadaan hati saya saat itu. Masya Allah.

Wahai Ustadzah kesayangan, terus ulang lah kisah-kisah inspiratifmu. Karena, ada di antara muridmu yang fakir ilmu, yang hatinya berselimut dosa, seperti saya ini, sehingga butuh lebih dari sekali untuk diingatkan, untuk disentuh hatinya, agar dapat memahami hikmah dari tausyiah-tausyiahmu.

Dan, Sahabat, jika sekali kau datang taklim atau kajian, lalu kau masih tak merasakan apapun dalam hatimu, jangan berhenti sampai di situ. Datanglah lagi dan lagi. Kau tidak tahu, pada taklim keberapa, pada tausyiah yang mana, hidayah akan sampai kepadamu dan berhasil menyentuh hatimu.

Comments

Popular Posts