Usia 40: Kesehatan dan Ketahanan tubuh

Menjelang usia 40, kurang lebih sejak 2-3 tahun belakangan, saya dapat merasakan ada yang mundur dalam hal kesehatan dan ketahanan tubuh saya.

Dulu, bahkan hingga usia pertengahan 30-an, bergadang, tidak tidur semalam suntuk, saya kuat. Tinggal tenggak kopi dan siapkan cemilan. Beres! Bahkan saat kuliah, agar kuat belajar sepanjang waktu, saya mengkonsumsi minuman berenergi!

Oh ya, sesuai saran Bang Rhoma, saya bergadang karena ada perlunya. Pekerjaan saya menuntut saya bergadang. Bukan, saya bukan dalang. Saya penulis skenario sinetron stripping. Lapangan, kru, sutradara, dan para aktor/aktris menunggu kiriman skenario saya. Dan bukan, saya bukan penulis utamanya, atau bahasa kerennya Head Writer-nya. Saya hanya co-writer dan kadang juga menjabat (aih, menjabat) sebagai supervisor skrip.

Tapi, semenjak menyadari betapa performa kesehatan dan ketahanan tubuh saya menurun, saya fokus hanya menulis skenario, dan dengan beribu maaf, saya menolak menjadi supervisor.

Masalahnya, sekarang ini memang ada sedikit tambahan dari bos untuk mengecek continuity cerita dan sekelumit pekerjaan perintilan lainnya. Saya jalani saja. Tapi ternyata memang tubuh saya sudah mulai soak kalau kata orang Betawi. Hehe...

Sejak Selasa minggu lalu, saya terpapar virus batpil. Awalnya saya pikir akan segera sembuh seperti sebelumnya. Namun tuntutan pekerjaan sedang tinggi, sehingga saya mengurangi jam tidur saya. Dan benar saja, bukannya sembuh, saya malah tambah sakit.


Sepertinya memang beenar ucapan teman saya, sudah saatnya saya mengkonsumsi suplemen tubuh -- tapi yang alami -- untuk menjaga stamina. Sementara ini masih sebatas jeniper (jeruk nipis peras) dan madu. Kadang di pagi hari hanya jeniper. Dan sejak sakit ini setiap hari saya mengkonsumsi vitamin C.

Selama 11 hari ini, saat sakit, saya kembali belajar mengenali kode yang diberikan oleh tubuh saya. Jika ia minta rehat, meski sebentar saya berikan, tidak saya paksakan. Apalagi saya sudah tidak menggunakan kopi sebagai pemelek mata. Hehe. Sekarang kopi hanya sebatas rekreasi rasa jika sedang sangat pingin. Itu pun jumlahnya sangat sedikit. Jadi ya kalau mengantuk, saya tidur saja.

Mengenai kopi. Belakangan ini, saya putuskan untuk tidak mengkonsumsi kopi secara rutin lagi karena tubuh saya pernah dua kali protes. Kedua kali itu, saya seperti setengah sadar, melayang, tak sanggup berdiri karena tubuh tidak kuat. Yang pertama kali saya memang sempat terpikir bahwa penyebabnya memang kopi, tapi ah, masa sih? Namun setelah serangan  kedua, saya yakin, memang kopi biang keladinya. Saya stop kopi sama sekali selama hampir tiga bulan. Hingga akhirnya saya nekad mencoba sedikit dan tak apa-apa. Akhirnya saya putuskan boleh minum kopi sebagai rekreasi rasa saja.

Kembali ke kesehatan, saya memang sudah harus berdamai dengan usia. Menjelang usia 40, saya tidak boleh mengharapkan tubuh saya masih seperti ketika saya berusia 20 tahunan. Ketika tidak tidur dua malam pun saya kuat -- saat itu saya mengkonsumsi minuman penambah stamina, hiks!

Saya kini harus memberikan haknya untuk rehat dan memperbaiki sel-sel, yang kemudian keesokan harinya akan saya gunakan lagi untuk bekerja. Saya juga mengajak tubuh ini berbicara, meminta maaf jika saya berlebihan dalam menggunakannya dan tidak hati-hati seperti tidak istirahat cukup, tidak makan dengan sehat, atau membiarkan pikiran menggerogoti jiwa saya.

40 adalah usia penentuan. Dan saya juga menjadikannya titik untuk memperbaiki pola hidup. Demi kesehatan saya, demi ketahanan tubuh saya. Demi anak-anak dan orang tua saya. Karena saya harus ada untuk mereka.

Gambar dari SINI.

Comments

Popular Posts